Back to basic

Kian hari hidup terasa semakin berisik, terlebih semakin maraknya platform media sosial baru dan juga kejadian kompleks yang menyertainya.

Sebagai orang yang “bingungan” tentu kondisi seperti ini bikin kepala pusing dan sulit fokus. Kita menjadi tidak tahu apa yang harus dituju. Apa nilai yang harus dikejar.

Untuk membuat semuanya lebih jelas, aku memilih opsi “Back to Basic” untuk mendapatkan kejernihan pikiran dan bisa fokus.

Back to basic tuh apa sih?

Dalam konteks pengembangan pribadi, “back to basics” dapat mengacu pada kembali mempelajari dasar-dasar suatu keterampilan atau bidang pengetahuan sebelum memperdalam atau melangkah lebih jauh ke tingkat yang lebih kompleks.

Misalnya aja Valentino Rossi sudah pensiun sebagai pembalap motor GP, tapi setelah pensiun dia mulai belajar ngoprek motor Supra Bapak atau motor Revo Koperasi. Padahal dia sudah menjadi super Brand Ambassador brand motor. Tapi dia mulai semua hal-hal dasar tentang motor.

Atau mungkin Chef Juna yang kelamaan ngejuriin Master Chef dan marah-marah doang sehingga dia lupa cara memotong bawang. Jadi ia memutuskan untuk belajar memegang pisau untuk melatih muscle memory-nya kembali. Siapa yang tahu kan. ╮(╯▽╰)╭

Nah gimana? Sekarang lebih ngerti kan back to basic yang lagi kita bahas?

Hansip back to basic

Seperti yang sudah dibilang di awal, aku memilih untuk kembali ke hal-hal basic karena hidup semakin mengambang di tengah quarter life crisis ini. Mau jadi expert kok ilmu dasarnya malah makin luntur. Mau terus menerus di level junior kok gak sudi, wahaha.

Ya satu-satunya pilihan adalah memulai semuanya dari awal dan siapa tahu ada hal-hal kecil yang terlewat dan tidak dipelajari secara maksimal dahulu kala.

Hal-hal dasar yang aku lakukan:

Berikut adalah kegiatan dan hal-hal dasar yang mulai aku pelajari kembali, aku seriusi, dan juga manfaatnya bagi kehidupan (ceilah).

1. Belajar Mengetik 10 Jari

Iya gan bener, meski sudah ngeblog sejak SMP tapi di tahun 2023 ini aku belajar ngetik lagi. Ngetik 10 jari atau ghost typing lebih tepatnya. Kecepatan mengetikku sebelum belajar mengetik adalah 85-90 WPM, terbilang cepat untuk orang yang mengetik hanya menggunakan 5-6 jari saja.

Karena kurang puas, Januari 2023 aku belajar mengetik dengan semua jari di typing.com untuk belajar memposisikan jari, dan menggunakan monkeytyping.com untuk pemanasan jari sehari-hari.

Apakah dengan mempelajari mengetik 10 jari kecepatan mengetikku menjadi semakin cepat? Tidak juga, bahkan pertama kali menggunakan kaidah posisi jari yang benar kecepatan mengetikku drop dari 80WPM ke 16 WPM, hahahah.

monkeytyping.com

Tapi kurva pembelajaran tidak bohong, di atas adalah statistik monkeytyping.com tempat aku belajar ngetik dan melatih muscle memory sehari-hari. Di hari pertama hanya dapat 16 WPM, tapi setelah 4 bulan kini kecepatan mengetikku bisa mencapai 85 kata per menit.

Berapa lama untuk mecapai 85WPM dalam mengetik?

Setiap orang punya kecepatan belajar dan kebutuhan yang berbeda. Aku sendiri terbilang belajar mengetik secara santai saja. Awal belajar mungkin bisa sejam per hari karena gemes banget kok jari tangan susah berada di posisi yang benar. Tapi kini belajar mengetik hanya 3-5 menit perhari sebagai pemanasan dan ngelemesin jari sebelum mengetik panjang.

Di atas menunjukkan bahwa aku sudah belajar mengetik di monkeytyping selama 19 jam dan sudah mengetik sebanyak 50rb kata. Nah kurang lebih itu perjuanganku bisa mencapai kecepatan 85WPM dalam mengetik menggunakan 9-10 jari dan tanpa melihat ke arah keyboard. Yang unik adalah waktu belajarku semakin ke sini semakin sedikit, tidak seintens dulu.

Apakah masih bisa meningkat lagi?

Tentu saja aku masih bisa meningkatkan kecepatan mengetikku, bahkan sampai di atas 100 WPM. Namun kembali ke kebutuhan, aku cuma butuh untuk bisa tenang menulis blog, bukan sebagai sekretaris pembuat notulen rapat. 85WPM sudah lebih dari cukup asal akurasinya di atas 90%. Selain itu aku masih lebih nyaman mengetik menggunakan keyboard laptop daripada keyboard eksternal atau meknikal.

Ketika sudah lancar (kembali) dalam mengetik dengan 10 jari, tangan rasanya menjadi lebih enteng dan tidak mudah pegal seperti saat mengetik “11” jari atau dengan 5 jari saja karena job ngetik dibagi rata ke semua jari, hehe.

Hal menguntungkan lainnya adalah apa yang kita pikirkan bisa lebih cepat dituangkan ke dalam tulisan sehingga hasil tulisan menjadi lebih mengalir karena tangan kita seakan bergerak di alam bawah sadar mengikuti isi pikiran kita.

2. Mulai Ngeblog Lagi

Secara tidak sadar, postingan ini adalah postingan panjang pertama atas nama Hanif Ahmad Fauzi lagi setelah sekian lama aku ngeblog semi serius di blog lain dengan nama pena lain atau malah dengan nama brand.

Aku kembali ngeblog sebagai Hansip karena aku berpikir ini adalah dasar kenapa aku bisa sampai ke titik ini. Ngeblog dengan nama sendiri juga aku yakini bisa menopang personal branding yang sayang untuk disia-siakan.

Aku juga sedikit menyesal kenapa terlalu sibuk di bangun branding di Twitter dan media sosial saja sehingga blog ini menjadi sedikit terbengkalai.

Back to basic dalam ngeblog personal ini cukup tricky. Aku ingin nulis dengan perasaan yang tulus meski hasilnya jadi sedikit acak-acakan karena berisi pikiran seorang Neurodivergent ini. Namun di sisi lain aku tetap akan mengimplementasikan beberapa SEO dan teknik digital marketing lainnya karena ya memang itu bidangku /plak.

Sebagai pembuktian, aku ingin menjadikan blog Hansip Labs ini sumber cuan yang transparan, dalam artian ke depannya mungkin aku akan bikin thread Twitter bagaimana blog ini menghasilkan uang. Dan aku bisa menjadi inspirasi bagi blogger muda yang baru ingin memulai (gaya lu tong).

Aku juga mulai merevisi dan akan memperbaharui beberapa postingan blog lama agar tetap relevan dan SEO Friendly.

Kenapa ngeblog dibilang “Back to Basic”?

Karena kini banyak orang sibuk dengan jenis konten berupa video vertikal seperti TikTok, YouTube Short, Instagram Reels. Padahal, blog tetap penting bagi landasan dan memiliki beberapa kelebihan, di antaranya adalah sistem arsip yang lebih rapih karena mudah mencari konten yang sudah diterbitkan berahun-tahun lalu.

Sebagai media yang berbasis teks dan gambar, blog menjadi tumpuan internet. Meski bagi beberapa anak muda ngeblog terlihat jahiliyah, tapi aku yakin blog punya market dan tempatnya sendiri bagi peradaban. Jaya! Jaya! Jaya!

3. Belajar Bahasa Asing

Awal tahun aku juga belajar bahasa sing di Duo Lingo, terutama belajar bahasa Inggris dan bahasa Jepang. Beberapa kali menjadi pemimpin di liga melawan semua user dari berbagai negara.

Aku juga bingung kenapa bahasa itu bisa menjadi salah satu hal yang sulit dipelajari dan sering sekali lupa. Selain jarang dipakai sehari-hari, mulut medhok ini seringkali membuat diri tidak pede dalam mengucapkan bahasa Inggris.

Dengan begitu aku bertekad untuk bisa lebih lancar dalam speaking bahasa Inggris beberapa waktu ke depan. Aku belajar bahasa Inggris dan Duo Lingo yang menggunakan sistem kuis (writing, choosing, speaking) dan juga Cake yang berfokus pada speaking.

Aku juga membaca artikel bahasa Inggris setiap hari di Refind.com dan Deepstash untuk meningkatkan kemampuan membaca komprehensif dalam bahasa asing.


Mungkin tiga hal itu adalah beberapa hal-hal dasar yang kembali aku lakukan. Meski terlihat seperti mundur ke belakang, ada kalanga back to basic justru membuat pikiran kita jernih dan tidak jumawa atas ilmu yang kita punya.

Dan terkadang di tengah pembelajaran terbesit di pikiran “ternyata hal gampang gini aja gue masih kesusahan, ya” dan pikiran-pikiran kecil lainnya.

Setelah ini, tentu akan semakin banyak hal dasar yang akan aku eksplorasi, yoooo, mari tetap semangat untuk berkembang!

Featured image: youtube/squizzy
Seorang blogger sejak 2011 yang penuh rasa ingin tahu dan suka membagikan hal-hal menarik.